Grosir Boneka

Sabtu, 11 Februari 2017

MANAJEMEN MODAL KERJA



MANAJEMEN MODAL KERJA









Oleh
Nama                          : Amanda Dwi Putri
NPM                           : 2015P20122



Tugas
Mata Kuliah               : Manajemen Keuangan





PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA
2017

MANAJEMEN MODAL KERJA
(amandadwyputtry.blogspot.co.id)

1.     Pengertian Modal Kerja
Manajemen modal kerja merupakan manajemen dari berbagai elemen aktiva lancar (current assets) dan berbagai elemen hutang lancar (current liabilities). Manajemen modal kerja terdiri dari manajemen aktiva lancar, manajemen hutang lancar dan modal kerja neto (net working capital) yang dapat menjamin tingkat likuiditas perusahaan.
2.      Konsep Modal Kerja
a.     Konsep Kuantitatif
Menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan elemen aktiva lancar. Konsep kuantitatif  menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam aktiva lancar atau aktiva yang masa perputarannya kurang dari satu tahun.
b.     Konsep Kualitatif
Konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya
c.      Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.
3.     Jenis Modal Kerja
a.  Modal Kerja Permanen yaitu modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Modal Kerja Primer yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk menjamin kontinuitas kegiatan usaha atau agar perusahaan tetap beroperasi.
2) Modal Kerja Normal yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk melakukan produksi yang normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebanyak kapasitas normal perusahaan.
b. Modal Kerja Variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah   sesuai   dengan   perubahan kegiatan ataupun   keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan.   Modal   kerja   variabel   dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim.
2) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.
3) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya atau keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan. Jenis-jenis modal kerja tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut:



 







Gambar 1. Jenis-jenis Model Kerja

5. Modal Kerja dan Kemampuan Memperoleh Laba
Konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut persoalan dasar perusahaan, yaitu 1) Tingkat investasi optimal dalam aktiva lancar; 2) Perpaduan yang sesuai antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar.

6.  Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana. Sumber dana untuk memenuhi modal kerja bisa dipilih dari sumber dana jangka panjang maupun sumber dana jangka pendek, yang masing-masing alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan yang berbeda. Ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan, yaitu:
1.  Kebijakan Konservatif
Pada kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan ini disebut konservatif, karena sumber dana jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang jauh lebih lama, sehingga perusahaan lebih memiliki keleluasaan dalam pelunasan.














    Gambar 2. Kebijakan Modal Kerja Konservatif

2.  Kebijakan Agresif
            Pada kebijakan agresif sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.













Gambar 3. Kebijakan Modal Kerja Agresif


3.  Kebijakan Moderat
            Pada kebijakan moderat aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat didasarkan pada matching principle yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan dengan lamanya dana tersebut diperlukan.




 






                               

Gambar 4. Kebijakan Modal Kerja Moderat


7.  Menentukan Kebutuhan Modal Kerja
Jika modal kerja terlalu kecil akan ada risiko dalam proses produksi dan kemungkinan besar proses produksi juga terganggu. Besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen maupun variabel perlu ditentukan dengan baik agar efektif dan efisien. Untuk menentukan kebutuhan modal kerja dapat digunakan 2 metode, yaitu:
a.       Metode Keterikatan Dana
Ada dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu: (1) periode terikatnya modal kerja, dan (2) pengeluaran kas setiap hari. Periode terikatnya modal kerja merupakan waktu yang diperlukan mulai dari kas yang ditanamkan pada berbagai komponen atau berbagai elemen modal kerja sampai menjadi kas kembali. Periode terikatnya modal kerja pada perusahaan dagang lebih rendah atau lebih singkat dibanding perusahaan industri. Periode terikatnya modal kerja pada perusahaan perdagangan dapat digambarkan sebagai berikut:






Gambar 5. Periode Terikatnya Modal Kerja dari Kas Menjadi Kas Kembali (Untuk Perusahaan Dagang)
Sedangkan   periode   terikatnya   modal   kerja   perusahaan   industri   (manufaktur) dapat digambarkan sebagai berikut:



 



Gambar 6. Periode Terikatnya Modal Kerja dari Kas Menjadi Kas Kembali (Untuk Perusahaan Manufaktur)

DAFTAR PUSTAKA
Supawi Pawenang, 2016, Materi Kuliah lingkungan Ekonomi Bisnis Mahasiswa Pascasarjana, UNIBA

Kamis, 26 Mei 2016

SILATURAHMI DALAM LEMBAGA EKONOMI BISNIS


LEMBAGA EKONOMI BISNIS
“SILATURAHMI DALAM LEMBAGA EKONOMI BISNIS”
Oleh
Nama           : Amanda Dwi Putri
NPM            : 2015P20122

Tugas
Mata Kuliah : Lembaga Ekonomi Bisnis
Semester I Tahun 2015/2016

Dosen
Dr. Supawi Pawenang, SE., MM



PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA
2016

SILATURAHMI DALAM LEMBAGA EKONOMI BISNIS
(amandadwyputtry.blogspot.co.id)

Silaturahmi secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu Shilah dan Rahim. Kata Shilah merupakan bentuk mashdar dari kata kerja Washola yang memiliki arti menyambung. Sedangkan kata Rahim yang merupakan bentuk singular dari Arhaam dapat kita artikan dengan sanak saudara yang tidak tergolong ahli waris. Rahim mencakup seluruh kerabat jauh kita yang tidak mendapatkan hak waris atas harta kita seperti cucu dari saudara kakek kita. Bahkan secara umum kata Rahim juga mencakup seluruh umat manusia karena mereka berasal dari kakek yang sama yaitu Nabi Adam.
Sedangkan secara terminologi, Imam Nawawi memberi batasan, “Shilatur rahim artinya berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi yang menyambung maupun yang disambung. Kadang kala dengan harta benda, pelayanan, kunjungan, salam, dan lain-lain. Seluruh tatanan dan ajaran yang telah disyariatkan oleh Allah memiliki makna dan manfaat tersendiri bagi kehidupanan manusia. Aturan agama yang telah ditetapkan oleh Allah tidak lain adalah panduan terbaik bagi kehidupan manusia. Silaturahmi misalnya, memiliki fungsi yang sangat signifikan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan manusia tidak kecuali dalam bidang ekonomi. Bahkan silaturahmi memiliki peran yang sangat signifikan bagi pembangunan sebuah perekonomian.
Silaturahmi merupakan kunci kesuksesan dan kunci pembuka pintu rezeki. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia bersilaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Silaturahmi dapat membantu kita untuk dapat melihat peluang dari sebuah bisnis. Bahkan terkadang kita dapat mempelajari sebuah bisnis dari seseorang yang menjadi tujuan silaturahmi kita. Selain itu silaturahmi dapat membangun sebuah jaringan yang luas serta kokoh.  Di mana dengan jaringan yang luas dan kokoh itulah bisnis serta usaha kita bisa eksis dan berkembang pesat. Dengan jaringan yang luas dan kokoh, sebuah bisnis mereka mampu merangkak naik dengan perlahan-lahan. Bahkan dengan jaringan kuat dalam bisnis, kita mampu memonopoli sebuah pasar.
Silaturahmi dapat diaplikasikan pada kondisi perekonomian sekarang ini, dimana pada era globalisasi kondisi perekonomian Indonesia mengalami perubahan yang sangat signifikan, dengan berkembangnya tehnologi yang semakin canggih dan kondisi tersebut mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Apalagi dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah mulai sejak awal tahun 2016. Maka peluang untuk terhubung dengan Negara-negara di ASEAN semakin terbuka lebar dan memudahkan sumber daya manusia di Indonesia untuk dapat bersaing di kanca internasional begitupun dengan Negara lain dengan sangat mudah untuk memasuki Indonesia. Ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki.
Silaturahmi mampu menciptakan hubungan perekonomian yang terbuka, dan menghilangkan batas antarnegara maupun regional sehingga kemajuan dari berbagai Negara akan kuat dan semakin menguasai pasar. Dalam sebuah tatanan masyarakat, silaturahmi mampu membangun kepedulian sosial dan solidaritas di mereka. Silaturahmi yang kuat diantara masyarakat akan melahirkan sebuah hubungan informal yang selanjutnya akan meningkatkan semangat kerja sama di antara mereka dan saling membutuhkan. Pakar ekonomi islam kontemporer Dr. Umar Capra menganggap pentingnya sebuah nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas di antara masyarakat. Dalam pandangannya, nilai-nilai social dan solidaritas masyarakat mampu menjawab kegagalan konsensus Keynesian yang menyebabkan deficit fiscal dan inflasi yang tinggi pada dasawarsa 1970-an.
Silaturahmi juga mampu membangun rasa simpati dan empati kita terhadap sesama. Dengan silaturahmi, kita dapat mengetahui secara langsung keadaan orang yang berada di sekeliling kita dan apa yang mereka butuhkan. Oleh karenanya, kedua mata kita akan terbuka lebar akan realitas kehidupan masyarakat sekitar kita yang tidak semuanya berada dalam kehidupan yang tercukupi sehingga pada akhirnya dapat menyadarkan kita untuk bisa berbagi dengan sesama dan bisa menolong atau bahkan mengajak mereka untuk dapat menjalankan bisnis. Perilaku setiap agen ekonomi tidak lagi digerakkan oleh self-interest masing-masing. Namun, lebih jauh lagi mereka juga akan berperilaku untuk kepentingan masyarakat secara luas. Oleh karena itu dengan silaturahmi kita dapat memperluas jaringan apalagi dengan tehnologi yang semakin canggih seperti internet yang dapat menghubungkan kita dengan seluruh manusia yang ada didunia ini.

DAFTAR PUSTAKA
Supawi Pawenang, 2016, Materi Kuliah lingkungan Ekonomi Bisnis Mahasiswa Pascasarjana, UNIBA